Bagikan

Maslahat.id- Pasutri kadang mengalami kejenuhan dalam kehidupan pernikahannya akibat rutinitas sehari-hari. Suami sibuk bekerja di luar rumah untuk memenuhi nafkah keluarga. Seorang istri sibuk menyelesaikan pekerjaan di dalam rumah. Tentu saja mereka tetap melakukan kewajiban lainnya, selain tugas utamanya tadi, misalnya menuntut ilmu dan berdakwah. Namun, kadang pasutri merasa perlu melakukan aktivitas lainnya untuk menyegarkan kembali kehidupan pernikahannya. Apakah hal demikian dibenarkan oleh Islam?

Salahkah jika Kejenuhan atau Kebosanan Muncul?

Sesungguhnya, Islam telah mengatur bahwa seorang muslim harus mengarahkan setiap aktivitasnya sesuai misi hidupnya, yaitu beribadah pada Allah Taala. Islam tidak melarang seorang muslim refreshing, bercengkerama, atau menikmati hiburan, tetapi tidak boleh bertentangan dengan Islam. Bahkan, Rasulullah saw. mengingatkan kita, hanya sesaat saja, tidak boleh berlama-lama. Seorang sahabat, Hanzhalah al-Usaidi bercerita tentang dirinya. “Ketika berada di sisi Rasul, beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga sehingga kami seakan-akan melihatnya dengan nyata. Akan tetapi setelah keluar dari tempat beliau, aku bercengkerama dengan istri, anak-anak, dan bergelimang dengan pekerjaan sehingga lupa akan tutur Nabi ﷺ.

Kemudian, ia bersama Abu Bakar menemui Rasulullah saw. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Mendengar hal itu, Rasulullah saw. bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya andai kalian tetap bertahan seperti ketika berada di sisiku dan selalu ingat, niscaya para malaikat menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur kalian dan di setiap jalan yang kalian lewati. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, ‘saa’atan wa saa’atan,’ sekali-kali saja boleh.” (HR Muslim). Saa’atan wa saa’atan maksudnya berguraulah sekadarnya dan ucapan ini diulangi Rasul sampai tiga kali.

Dalam kitab Faidhul Qadir, Syarh Al-Jami’ Ash-Shagir, Imam An-Nawawi mengatakan, “Rehatkan jiwa kalian dari rutinitas ibadah dengan melakukan hal yang dibolehkan, yang tidak ada dosa, tetapi juga tidak berpahala.” Sahabat Abu Darda’ menyatakan, “Sungguh, saya me-refresh jiwa saya dengan melakukan sebagian senda gurau atau permainan yang dibolehkan agar saya kembali giat melaksanakan kebaikan.”

Dari penjelasan hadis dan pendapat para ulama tersebut, sesungguhnya Islam tidak melarang seorang muslim untuk refreshing. Pasutri juga dapat menyegarkan kehidupan pernikahannya dengan melakukan beberapa aktivitas. Namun, semua itu dilakukan dengan tetap mengingat Allah Swt., tidak melalaikan tugas utamanya, dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang syariat.

Lalu, aktivitas apa saja yang bisa dilakukan pasutri untuk me-refresh atau menyegarkan kehidupan pernikahannya?

Menyegarkan Kehidupan Pernikahan

Kesibukan dan tekanan yang terjadi di tempat kerja atau kerepotan mengatur dan merawat rumah, mengasuh balita, ditambah kesibukan yang rutin dilakukan kadang membuat seseorang merasa lelah dan jenuh. Bahkan kadang secara tidak sadar mengabaikan kebutuhan sendiri sebagai individu. Hampir semua yang dikerjakan demi anak-anak dan keluarga sehingga jangan heran jika akhirnya pasutri mudah emosi. 

Saling support dengan pasangan sangatlah penting sehingga tidak berakibat buruk pada hubungan kita dengan pasangan, anggota keluarga lainnya, terlebih anak-anak. Apa yang bisa dilakukan bersama pasangan untuk menyegarkan hubungan pernikahan?

1. Membicarakannya bersama pasangan.

Tentu saja tidak hanya istri yang butuh refreshing, kadang suami pun dilanda kejenuhan yang sama. Tidak ada salahnya jika kebutuhan ini dibicarakan bersama sehingga saling memahami kebutuhan pasangan untuk mendapatkan off time sejenak. Bahkan, ketika masing-masing membutuhkan waktu untuk melakukan aktivitas berbeda, pasutri bisa mengatur jadwal berdua. Dengan demikian, me time masing-masing terpenuhi secara bergantian dan kondisi anak-anak tetap aman terkendali .

Setiap hari kita memang bertemu dan berbicara dengan pasangan sebelum beraktivitas. Akan tetapi untuk kegiatan istimewa tetap harus ada komunikasi ekstra agar bisa meminimalisasi terjadinya kesalahpahaman dengan pasangan.

2. Berbesar hati dan saling ikhlas.

Memang perlu kebesaran hati pasutri untuk sejenak berganti peran ketika pasangannya membutuhkan sedikit waktu untuk me time. Masing-masing berupaya membantu pasangan menciptakan dan meluangkan waktu untuk keluar dari rutinitas sehari-hari. Tidak perlu merasa bersalah meninggalkan anak dan keluarga sementara waktu selama tidak melalaikan kewajiban. Perlu disadari bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menyegarkan diri dalam menjalani kehidupan pernikahan.

Mengurus anak atau keluarga memang komitmen bersama pasutri. Harus ada keikhlasan orang tua untuk mengorbankan sebagian kebutuhannya sebagai individu. Namun, bukan berarti pasutri menjadi tidak lagi mempunyai kehidupan pribadi, meski hanya sebentar. Tentu saja waktu yang singkat ini diharapkan dapat menjadi vitamin yang mengukuhkan pilar kehidupan pernikahan. Suami atau istri yang melakukan recharge akankembali segar dan bersemangat menjalankan berbagai perannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Merenungkan prioritas hidup dan menyusun komitmen. 

Syariat Islam yang menjadi landasan keluarga muslim, sesungguhnya akan mampu menciptakan ketenangan, ketentraman, keadilan, dan rasa aman. Pasutri hidup berdampingan saling asih dan asuh, serta menjalankan bahtera keluarga layaknya dua sahabat sejati yang selalu berbagi suka dan duka.

Kita tidak memungkiri, dalam menjalani kehidupan rumah tangga kadangkala ada perkara-perkara yang membuat kita atau pasangan jenuh. Ketika kondisi ini terjadi, hal penting yang harus dilakukan adalah saling introspeksi diri dan memahami kondisi pasangan. Kedua hal ini menjadi salah satu kunci langgengnya sebuah pernikahan .

Ketika kejenuhan terjadi pada pasangan, tentu saja kita memberi andil terhadap kondisi ini. Demikian pula sebaliknya, jika kebosanan itu muncul pada diri kita, seharusnya kita mengevaluasi atau introspeksi diri. Kemudian, kita bersama suami menata langkah berikutnya untuk menghilangkan kejenuhan ini tanpa mengabaikan kewajiban sehingga situasi rumah tangga tetap aman terkendali.

4. Merencanakan liburan berkesan bersama keluarga.

Liburan bersama keluarga bisa menjadi momentum menghilangkan kejenuhan, sekaligus mengembalikan kehangatan keluarga. Ikatan keluarga makin kuat, serta hubungan orang tua dan anak-anak makin erat. Mengajak pasangan dan anak liburan biasanya menjadi momen yang sangat ditunggu, terlebih bagi anak-anak.

Saat liburan bersama, kita bisa senang melakukan berbagai aktivitas bersama keluarga dan leluasa mencurahkan kasih sayang karena waktu bersama keluarga menjadi lebih lama. Kegiatan-kegiatan positif selain yang biasa dilakukan di rumah, bisa juga kita lakukan bersama. Tentu saja hal ini akan menjadikan kita semakin dekat dengan anak-anak. Ini semua akan mengukuhkan ikatan kekeluargaan di antara orang tua dan anak-anak.

5. Memberi perhatian lebih dan kejutan kecil untuk pasangan.

Ketika pasangan tampak jenuh, memberi kejutan kecil akan menjadi hiburan mengesankan baginya. Tidak harus berupa barang tertentu atau sesuatu yang harus dibeli. Perlu kejelian untuk tahu sesuatu yang paling dibutuhkan oleh pasangan kita dan tentu mencari momen yang tepat.

Membuatkan makanan kesukaan pasangan, misalnya, seringkali menjadi kejutan indah bagi pasangan. Seorang suami bisa juga membuatkan barang-barang tertentu atau memasangkan alat-alat tertentu yang memang dibutuhkan istri. Ini akan menjadi kejutan tidak terduga baginya. Beberapa kejutan kecil ini tentu saja menjadi hal yang luar biasa bagi  pasangan kita. Ini akan menghilangkan kejenuhan dan makin menguatkan ikatan pernikahan kita.

6. Berkegiatan bersama pasangan.

Berkegiatan bersama pasangan dapat menghilangkan kejenuhan dari rutinitas dan akan menyegarkan kembali kehidupan pernikahan. Akhir pekan bisa menjadi momen tepat untuk menyegarkan hubungan pasutri. Inilah saat tepat untuk membangkitkan semangat baru, serta memikirkan hal-hal yang luar biasa dan menyenangkan. Misalnya, istri biasa berkebun atau merawat tanaman sendiri. Saat suami libur bisa diajak berkebun atau merawat tanaman bersama. 

Kita juga bisa mengajak pasangan membersihkan dan menata rumah, misalnya membereskan tumpukan surat-surat atau album foto lama bersama. Kita bisa sambil mengingat kembali berbagai hal menyenangkan yang dilalui bersama selama ini. Mungkin saat itu kita menemukan foto-foto pernikahan, foto kelahiran anak pertama, atau kartu-kartu ucapan dari pasangan pada saat-saat istimewa.

Pasutri juga bisa menata ulang rumah atau kamar tidur bersama. Kita bisa melibatkan anak-anak sehingga suasana lebih syahdu. Kegiatan ini tidak hanya membuat pasutri mendapatkan suasana baru, tetapi juga menjadi kegiatan menyenangkan bagi anak-anak. Lebih seru lagi ketika selesai menata rumah, kita membuat minuman dan makanan ringan, lalu menikmatinya bersama. Sungguh, kebersamaan keluarga ini akan berkesan. Kejenuhan pun hilang dan berganti menjadi semangat baru.

Kita memang harus terus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung terbentuknya hubungan suami-istri yang sehat. Tentu waktu berkualitas menjadi salah satu syarat utama. Penekanan pada komunikasi positif pun perlu diutamakan. Selain itu, sikap saling hormat dan menjaga adab pada pasangan tidak boleh ditinggalkan.

Ummu Nashir Ns

Bagikan