حيثما تستقم يقدر لك الله نجاحا
“Kapanpun anda istikamah, Allah akan memberimu takdir sukses”
Maslahat.id- Membaca mahfudzat ini di kitab Jurmiyah, saya disadarkan kembali bahwa continue adalah kunci sukses. Sebagai orang tua baru kami sering dihadapkan pada ilmu-ilmu parenting yang makin beragam. Dari umur 0-12 tahun berbeda tiap tahunnya. Namun apalah arti ilmu jika tidak diterapkan secara continue akan hilang ditelan masa. Apapun nama parentingnya, continue kunci suksesnya!
Sikap Nabi pada Anak-anak
Agar tidak ditanya dalil, mari kita merujuk pada kanjeng Nabi yang terus menerus menampakkan kasih sayangnya kepada anak-anak kecil di depan para sahabat. Bahkan sependek pengetahuan saya, tidak ada riwayat yang bercerita Nabi bersikap kasar pada anak-anak. Alih-alih memukul, berkata kasar pada anak yang mengencinginya tidak ia lakukan.
Cerita yang mashur didengar saat Ummu Qais bint Mihsan membawa bayi belum usia 2 tahun, Nabi menggendong anak itu di pangkuannya, lalu kencing (Muwatha’ Malik: 164). Tidak ada respon kesal dari Nabi, justru ini menjadi penyebab Nabi menjelaskan ilmu “najis mukhaffafah” atau najis ringan yang tidak perlu dibilas cukup dipercikkan air.
Di lain waktu, Nabi mencium Hasan bin Ali di hadapan al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi yang memiliki 10 anak dan tidak satupun diciumnya. Tak heran, laki-laki jahiliyah dulu amat keras hingga menampakkan love language pada keluarga menurunkan marwah mereka.
Kasih sayang yang ia tampakkan bukan pada keluarganya saja, melainkan pada semua anak. Usamah bin Zaid pernah dirangkul oleh Nabi di pangkuannya tepatnya di atas paha Nabi, sekaligus merangkul Hasan di atas pangkuannya pula sambil berdoa اللهم ارحمهما, فإني أرحمهما Ya Allah sayangilah mereka, sungguh aku menyayangi mereka.
Kepada istrinya, Sayyidah Aisyah radiyalLahu ‘anha, ia memanggil dengan panggilan “Humaira/ gadis yang merah pipinya”. Bahkan kepada Sayyidah Khadijah radiyalLahu ‘anha yang telah lama wafat Nabi tetap menampakkan kasih sayangnya dengan menghormati sahabat-sahabat sayyidah Khadijah radiyalLahu ‘anha.
Cerita pertama adalah act service dari Nabi sebagai salah satu bahasa cinta. Pelayanan dari orang tua dan lingkungan sekitar menentukan tumbuh kembang anak secara optimal atau tidak. Karena tak bisa dipungkiri tujuh tahun pertama anak adalah di rumahnya. Cerita kedua adalah physical touch atau sentuhan fisik yang menjadi komponen penting dalam pertumbuhan sosial dan emosional anak.
Dalam ilmu Kesehatan, sentuhan fisik dapat melahirkan setidaknya lima manfaat yakni; menumbuhkan kepercayaan diri dan pikiran positif, mengurangi kecemasan dan stres, meningkatkan kekebalan tubuh dan menurunkan tekanan darah, menghilangkan rasa sakit dan menenangkan fungsi tubuh. Untuk lebih meyakinkan, saya memerhatikan anak yang hidup dan dididik langsung oleh orang tuanya dengan anak yang diasuh oleh nenek atau kerabat lainnya. Delapan dari sepuluh dari mereka mengalami perubahan, menjadi lebih pasif, tidak terkontrol sikap dan bicaranya, cenderung murung dan tidak percaya diri. Oya, sentuhan fisik tetap memiliki batasan dalam syariat, tidak setiap sentuhan menandakan kasih sayang. Bisa jadi sebaliknya.
Cerita ketiga adalah bagian dari word of affimation atau afirmasi dengan kalimat positif guna meningkatkan kebahagiaan dan mencegah depresi. Sedangkan dari tiga cerita itu merupakan contoh quality time Nabi dengan cucu dan anak-anak di sekitarnya.
Tiga cerita di atas adalah sebagian kecil dari cerita Nabi yang setiap geraknya menampakkan kasih sayang, jauh dari kekerasan. Hingga saat dalam keaadaan “tersinggung” beliau masih menjaga lisan untuk tidak berkata kasar, seperti saat
Prinsip-prinsip dalam Parenting
Anda boleh pakai metode parenting apapun tapi jangan lupa ada beberapa prinsip yang penulis rangkum dalam 3 hal berikut:
Pertama, menanamkan tauhid yang kuat. Sebagaimana wasiat Luqman, seorang bijak bestari yang diceritakan dalam surat Luqman ayat 13, kepada anaknya ia berkata “Wahai anakku, jangan sekutukan Allah. Sungguh syirik adalah kedzaliman yang besar” serta mengenalkan Sang Pencipta dengan 50 akidah lainnya (aqāid khamsūn); 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz bagi Allah. 4 sifat wajib bagi rasul, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz. Percaya bahwa pemegang hati setiap orang adalah Allah. Pemberi taufiq, pemberi arah, dan yang membolak-balikkan hati. Dengan demikian tak perlu pusing memilih macam-macam parenting karena tahu prioritas, dan setelah berusaha mengarahkan anak tidak putus asa karena sandaran kembali adalah Allah.
Kedua, percaya bahwa perbedaan dalam tumbuh kembang anak adalah normal. Saya sering sekali heran melihat orang tua yang –seperti biasa- ingin anaknya cepat bisa rangkak, jalan, gerak aktif, tapi setelah itu tercapat malah dimarahi dan dijudge nakal bin gak penurut, bahkan dicubit. Ingin cepat bisa bicara seperti anak tetangga tapi setelah bisa bicara dan lebih banyak bertanya ini-itu justru disuruh diam dan gak cerewet. Padahal tumbuh kembang anak berbeda-beda sesuai dengan faktor internal dan eksternal anak sejak lahir. Kembali ke point awal, konsisten.
Ketiga, percaya bahwa Allah sangat menghargai usaha dan tidak pernah menolak doa. Bukankah nama Allah adalah asy-Syakūr (Yang Maha Pembalas budi)dan al-Mujīb (Yang Maha Mengabulkan)? Wallahu A’lam (IM)