Menjadi Sahabat untuk Anak

3 menit

Bagikan

Maslahat.id- Anak merupakan berkat dari Tuhan yang dititipkan kepada orang tua untuk dididik dan diasuh sebagaimana proses melahirkan generasi bangsa. Dalam proses tersebut ada yang disebut pola mengasuh anak yang saat ini sering kita dengar dengan sebutan “parenting”. Proses ini merupakan hal yang paling penting dalam keluarga.

Dari berbagai macam teori yang membahas tentang pola parenting yang ideal, saya selalu terpikir akan satu hal. Bagaimana ketika orang tua menjadi sahabat untuk anaknya? Meskipun masih ada yang tidak setuju akan ini karena menganggap bahwa hal tersebut dapat membuat anak tidak menghargai orang tua. Padahal dengan menjadikan anak sebagai sahabat, dapat memunculkan rasa kepercayaan atau trust terhadap orangtua.

Di era yang semakin bebas akan pergaulan terhadap anak, menjadikan beberapa orangtua khawatir. Ini juga dihadapi bagi mereka yang berencana memiliki anak. ”Bagaimana pola pengasuhan anak yang tepat?”, “Bagaimana caranya agar anak bisa jujur terhadap orangtuanya?” dan masih banyak pertanyaan lain. Dalam perkembangan anak menuju dewasa, mereka mempunyai kebutuhan rohani dan jasmani di mana kebutuhan tersebut sangat memerlukan pembinaan, bimbingan dan perhatian oleh keluarga.

Penanaman nilai-nilai dan pendidikan bagi anak dalam keluarga sangat memengaruhi bagaimana perkembangan anak itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang dilakukan anak ketika dewasa merupakan hasil dari kebiasaan yang sudah terlatih sejak kecil. Perkembangan seorang anak tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa bantuan orang dewasa. Untuk itu diperlukan pengasuhan yang tepat terhadap anak sejak dini ditengah hiruk piruk pergaulan yang sangat bebas.

Dalam pengasuhan anak, diperlukan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak karena ini sangat menentukan tingkat efektivitas nilai dan pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga. Banyak orang tua cenderung memposisikan diri hanya sebagai “orangtua” yang memberikan perintah, larangan, didikan, serta biaya kehidupan sampai dewasa. Pada proses komunikasi ini, yang terbangun hanya sebuah pemenuhan hak dan kewajiban dalam ruang “orangtua dan anak”.

Ketika ini berlanjut, maka orangtua hanya menduduki peran sebagai manusia yang memberikan “hak” terhadap anak. Maka tidak terasa aneh ketika melihat banyak kasus orang tua yang sibuk mencari nafkah demi pendidikan yang baik untuk anak (meskipun itu tidak salah). Namun satu yang dilupakan adalah anak tidak hanya memerlukan pendidikan formal. Justru pendidikan non formal di rumah akan sangat memengaruhi karakter terhadap anak dan itu akan terbayang sampai dewasa.

Seorang anak tidak hanya membutuhkan perintah maupun larangan dari orang tua, mereka juga ingin mendapat ruang untuk bercerita. Bukan hanya figure orang tua yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan anak. Mereka juga butuh dan mendambakan sosok sahabat yang dapat mendengarkan keluh kesahnya, curhatnya, keinginannya. Sesuatu yang tak memerlukan biaya tapi sangat sulit untuk terwujud. Buktinya banyak kita lihat kasus anak akan sangat susah jujur akan sulit dan sakitnya dia terhadap orang tua, bahkan kadang sahabat yang bukan bagian dari keluarga lebih mengenal anak dengan baik. Ini terjadi karena orang tua hanya menghadirkan corak komunikasi “orang tua dan anak”.

Sahabat Untuk Anak

Sejatinya manusia merupakan mahkluk sosial yang membutuhkan sahabat dalam kehidupannya untuk mengeskpresikan diri serta kebutuhannya. Dalam proses pertumbuhan anak, orang tua memiliki peran yang sangat vital. Ketika orang tua tidak bisa menhadirkan ruang harmonis dalam keluarga, maka anak akan cenderung berbohong dan tidak mampu mengekspresikan dirinya di depan orang tua. Pada kasus ini, orang tua yang harus menciptakan ruang itu, karena anak tidak bisa memilih lahir dari orang tua yang seperti apa, tetapi  orang tua sebagai makhluk yang lebih dewasa dapat memilih untuk menjadi orang tua yang seperti apa. Dalam Hadits Riwayat Bukhari Rasulullah pernah bersabda bahwa :

“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.

Anak adalah Amanah dan hadiah dari Tuhan maka dari itu sebagai orangtua harus mampu mendidik anak dengan baik agar tercipta hubungan yang harmonis serta punya visi misi yang sama dengan anak.

Menjadikan anak sahabat artinya menciptakan ruang yang harmonis dalam rumah. Ruang ini sangat baik untuk pertumbuhan psikologi anak. Cara pandang anak dalam rumah menggambarkan bagaimana dia akan melihat dunia kedepannya. Ketika anak merasa dalam keluarga terlalu berisik dan dia tidak mampu mengekspresikan itu di depan orang tuanya,  maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dengan membawa banyak luka masa kecil. Maka banyak hari ini kita saksikan kasus penyakit psikis yang sebenarnya berawal dari luka masa kecil. Anak adalah sosok yang akan mengikuti bagaiamana kehidupan dalam kelurga, kondisi emosionalnya harus sangat diperhitungkan sejak dini. Maka orangtua haru berhati-hati untuk ini. Menyakiti perasaan anak sama saja melukis luka besar di hidupnya yang belum tentu akan sembuh saat dia sudah dewasa.

Dengan menciptakan ruang sebagai sahabat untuk anak, maka anak akan dapat mengekspresikan segala bentuk perasaannya terhadap orangtua. Sehingga orangtua dan anak dapat saling mengenal dengan baik. Anak yang tumbuh dengan pola asuh yang tepat cenderung akan menjadi orang dewasa yang bahagia dan bagi mereka orangtua adalah sosok yang paling dirindukan ketika sudah dewasa. Maka dari itu, sebagai orangtua perlunya menciptakan ruang anak mengekspresikan dirinya dengan perantara menjadikan anak sebagai sahabat. Kehidupan anak di masa dewasa sangat bergantung dengan bagaimana pola asuh yang dia dapatkan sejak dini. (IM)

Bagikan