Bagikan

Maslahat.id- Setiap orang tua selalu menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, keduanya akan berusaha menerapkan pola asuh terbaik bagi mereka. Namun, itu tidak mudah dilaksanakan. Ada kalanya, orang tua berbeda pendapat. Ada juga seorang suami yang menyerahkan sepenuhnya pengasuhan dan pendidikan anak-anak kepada sang istri, padahal istri butuh bantuan untuk mengambil keputusan bersama. 

Ayah-Bunda, sesungguhnya perbedaan pendapat sah-sah saja, walaupun kadang tidak terhindarkan. Bahkan, waktu yang tepat untuk anak mulai masuk sekolah, sering menjadi topik diskusi menarik yang berujung perbedaan pendapat orang tua. Ketika ini terjadi, keduanya harus segera mengambil keputusan bersama. Pertimbangkan baik dan buruknya bagi anak-anak kelak. Dengan demikian, mereka tidak menjadi korban ambisi orang tuanya.

Islam mengajarkan, Al Ummu Madrasatul Ula, ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu bertanggung jawab mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Ibu berperan penting menancapkan fondasi dasar pemahaman Islam bagi anak-anaknya. Dengan demikian, mereka paham asalnya, tujuannya hidup di dunia, dan tujuan akhirnya setelah kehidupan dunia. Anak-anak akan menjadikan ketaatan kepada Allah di atas segalanya. Mereka akan senantiasa menjauhi larangan-Nya, serta memahami dan patuh terhadap syariat-Nya. Dengan demikian, mereka paham sikap seorang muslim yang seharusnya.

Seiring proses anak-anak menuju dewasa, orang tua pasti berharap mereka berintegritas tinggi sebagai seorang muslim sejati. Dengan penanaman akidah dan syariat Islam yang lurus, anak-anak akan tegas menolak yang batil dan membela yang hak. Mereka akan mengambil yang halal dan menolak yang diharamkan Allah Swt., berlapang dada terus mempelajari syariat dan tsaqofah Islam, serta menerapkannya dalam kehidupan.

Kesamaan Pola Pendidikan Anak, Penting!

Mengasuh dan mendidik anak-anak bukanlah hal mudah, tetapi bukan tidak bisa dilakukan. Butuh kesungguhan orang tua menjalaninya. Senantiasa iringi dengan doa-doa khusyuk agar kita dikuatkan dan dimudahkan-Nya. Mengasuh dan mendidik anak bersama, bahkan didukung keluarga besar, tentu akan lebih mudah. Kesamaan pola pendidikan anak merupakan hal penting dalam proses pembentukan kepribadian anak, terlebih yang berkaitan dengan hal-hal mendasar atau prinsip hidup.

Namun faktanya, orang tua yang berbeda pemahaman tentang sesuatu, kerap berdampak kepada pola pengasuhan anak. Jika berkaitan dengan hal prinsip, orang tua harus menyelesaikan terlebih dahulu sesuai tuntunan syarak. Jika permasalahan cabang atau hal mubah, tetap harus didiskusikan dengan baik. Ada baiknya, saling mengalah dan tidak mengedepankan ego, karena anak-anak yang akan menjadi korban.

Ayah-Bunda, ketika orang tua tidak memiliki kesamaan terhadap suatu hal, ini akan tertangkap oleh anak-anak. Mereka akan bingung menentukan siapa yang seharusnya diikuti. Jika hal ini berlanjut, akan berbahaya bagi anak. Mereka seolah kehilangan pijakan kepercayaan karena orang tua tidak konsisten, sering berubah, dan tidak memiliki pedoman tetap. Bahkan, mereka dapat menjadi pribadi oportunis. Naudzubillahi min dzalika.

Sebagai contoh, orang tua memilihkan sekolah bagi anaknya yang baru lulus SD. Sang ayah ingin anaknya sekolah di pondok pesantren agar lebih mandiri. Sebaliknya, sang bunda tidak tenteram jika anaknya jauh darinya. Tentu ini bukan keputusan yang mudah. Oleh karenanya, Ayah-Bunda harus mendiskusikan dan membicarakan dengan anak sehingga muncul keputusan yang baik bagi anak. Contoh lainnya, ayah memarahi anak karena suatu kesalahan, tetapi dibela oleh bundanya, atau sebaliknya. Situasi seperti ini menjadikan wibawa ayah luntur di mata anak dan ia menjadi “besar kepala”. Ini harus dihindari para orang tua.

Oleh karenanya, penting bagi orang tua memiliki kesamaan pola pendidikan dan pengasuhan anak. Apalagi jika anggota keluarga lain, misalnya kakek dan neneknya, ikut dalam pola pengasuhan dan pendidikan anak akibat ayah dan bunda bekerja. Apa saja yang harus diupayakan orang tua agar proses ini berjalan baik?

Menyamakan Pola Pendidikan Anak

Sudah seharusnya proses pengasuhan dan pendidikan anak menjadi proyek bersama orang tua. Keduanya bertanggung jawab dan berperan besar mengasuh dan mendidik anak. Ayah-Bunda, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan terjadinya perbedaan pola pendidikan dan pengasuhan anak. Ini akan memberi kebaikan bagi anak-anak dan keluarga secara keseluruhan.

1. Syariat sebagai Pijakan Utama Pendidikan Anak

Setiap keluarga muslim harus menjadikan Islam dan syariat-Nya sebagai panduan dan solusi seluruh permasalahan dalam kehidupan berkeluarga. Hukum syarak datang dari Allah Swt., bersifat tetap sesuai fitrah manusia, dan memuaskan akal sehingga membawa kepada ketenteraman. Oleh karenanya, ketika syariat Islam dijadikan rujukan, keluarga memiliki pedoman jelas dan tegas dalam menilai segala sesuatu. 

Hal ini akan memudahkan orang tua dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak, terutama terkait hal-hal prinsip dan mendasar. Selanjutnya akan terbentuk kepribadian Islam yang tangguh pada anak-anak sehingga mereka tidak mudah tergerus pemikiran dan tingkah laku yang rusak dan merusak. Di sinilah pentingnya orang tua menguatkan pemahaman Islam seluruh anggota keluarga. 

2. Konsisten dan Memberikan Keteladanan.

Ketika terjadi inkonsistensi pada orang tuanya, biasanya anak akan berusaha mencari sisi yang paling menguntungkan. Misalnya, jika bunda menegur dengan tegas, sementara sang ayah melindungi, maka anak akan “lari” kepada ayahnya. Sebaliknya, jika ayah menghukum perilaku buruk anak tetapi bunda tidak tega dan diam-diam membelanya, maka anak akan mencari perlindungan pada sang bunda. Dengan demikian, anak tidak mempelajari nilai tertentu, tetapi belajar lari dan mencari tempat aman. 

Orang tua yang tidak konsisten justru akan merusak segalanya. Ibarat kata pepatah, akibat nila setitik, rusak susu sebelanga. Ketika orang tua memberi kelonggaran sedikit saja, keteladanan yang sudah dibangun akan rusak sehingga harus mengulanginya dari awal. Oleh karenanya, orang tua harus selalu konsisten dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, serta memberikan keteladanan hingga hal terkecil.

Kebiasaan orang tua yang disaksikan dan dialami oleh seorang anak, baik secara langsung ataupun tidak langsung, akan terekam dalam pikiran mereka. Bahkan sangat mungkin anak-anak akan mengikuti dan meniru. Oleh karenanya, orang tua harus memberikan keteladanan baik bagi anak-anaknya. Ini akan makin mempermudah tercapainya tujuan pengasuhan dan pendidikan anak-anak.

3. Komunikasi yang Baik dan Sependapat di Depan Anak.

Dalam sebuah tim kerja, kekompakan tidak selalu mudah diwujudkan. Demikian pula pada tim orang tua dalam pengasuhan anak. Pengalaman diasuh pada masa kanak-kanak akan menjadi model yang dijalankan ketika seseorang menjadi orang tua. Lakukan beberapa langkah perbaikan agar perbedaan-perbedaan tersebut tidak merugikan pengasuhan anak-anak. Komunikasi dan kerja sama orang tua yang baik menjadi penentu sehingga harus terus diupayakan sehingga anak tidak bingung. Duduklah dan berdiskusi bersama mengenai cara pengasuhan anak.

Ayah-Bunda, perbedaan pendapat bisa disamakan. Jika orang tua saling berpendapat semata untuk kepentingan anak, tentu menyamakan dan mengubah pendapat lebih mudah dilakukan. Jika ada perbedaan yang sulit disamakan, rendahkan hati untuk memercayai pandangan pasangan, lalu putuskan bersama untuk diterapkan dalam pengasuhan anak. Hal ini penting karena di depan anak, orang tua harus berprinsip sama.

4. Selalu Melibatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan.

Jangan lupa bahwa anak-anak yang akan menjalani kehidupannya. Oleh karenanya, orang tua wajib membimbing dan membina mereka agar berjalan pada jalan yang lurus. Orang tua harus melibatkan anak-anak dalam proses ini. Jangan sampai mereka merasa terpaksa menjalani suatu aktivitas, hanya karena tidak ingin menyakiti hati ayah dan bundanya. Oleh karena itu, melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan terhadap apa pun yang nantinya akan mereka jalani merupakan hal yang baik untuk dilakukan.

Kelak, anak-anak akan menjadi pembuat keputusan independen. Oleh karena itu, ketika anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi, mengapa tidak melibatkan mereka dalam berbagai rencana yang Ayah-Bunda siapkan? Ajak anak-anak berdiskusi sesuai tahap usianya. Beri mereka kesempatan berkomitmen. Dengan demikian, anak dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, serta bertanggung jawab terhadap pilihan mereka.

Baca selengkapnya di Muslimahnews.net

Bagikan