Maslahat.id- Ramadan bulan penuh kemuliaan dan keberkahan. Siapa pun yang menjalaninya dengan penuh iman dan ketaatan, dengan izin Allah akan bisa merasakan kemuliaan dan keberkahannya. Pasutri pun akan beroleh keberkahan dan makin harmonis ketika menjalani ibadah Ramadan sesuai tuntunan syariat Islam.
Menjaga keharmonisan rumah tangga saat Ramadan menjadi tugas bersama pasutri. Kita tidak memungkiri bahwa hubungan yang romantis antara suami-istri adalah salah satu cara menjaga keharmonisan rumah tangga. Namun, penting untuk dipahami pasutri bahwa keharmonisan rumah tangga tidak diukur dari keromantisan atau hubungan intim semata. Akan tetapi, ada banyak hal yang bisa dilakukan pasutri selama Ramadan agar menambah keharmonisan dengan pasangan.
Kebersamaan Meningkatkan Keharmonisan
Kita semua pasti setuju jika Ramadan merupakan momen yang sangat baik untuk meningkatkan keharmonisan pasutri dan keluarga. Ini karena saat Ramadan, Allah memberikan banyak momen kebersamaan bagi keluarga muslim. Kita bisa bersama pasangan dan keluarga saat berbuka dan makan sahur. Bahkan, biasanya saat Ramadan jam kerja dikurangi sehingga para suami dapat segera pulang dan berbuka puasa bersama istri dan anak-anaknya. Demikian pula saat makan sahur, orang tua beserta anak-anak bisa berkumpul bersama.
Makan bersama keluarga saat berbuka atau sahur, membuat keberkahan Ramadan makin terasa. Makan bersama dalam pandangan Islam memang sangat istimewa. Diriwayatkan dari Wahsyi bin Harb, dari bapaknya, dari kakeknya, “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah saw. pernah mengadu, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan, tetapi tidak merasa kenyang.‘ Nabi bersabda, ‘Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?’ ‘Betul,’ kata para sahabat. Nabi lantas bersabda, ‘Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya, tentu makanan tersebut akan diberkahi.’.” (HR Abu Daud).
Selain itu, ada satu ibadah yang hanya ada saat Ramadan, yaitu salat tarawih. Setiap keluarga muslim pasti akan berupaya keras agar tidak melewatkan salat tarawih satu malam pun. Salat tarawih bisa dilakukan berjemaah di rumah atau di masjid dekat rumah. Kegiatan bersama ini dapat mewujudkan kebersamaan.
Demikian halnya pada pengujung Ramadan. Biasanya seluruh anggota keluarga akan mudik Lebaran ke kampung halaman. Ini merupakan momen kebersamaan dengan keluarga yang tidak terlupakan. Perjalanan ini makin mempererat kekeluargaan. Bahkan, kemacetan yang biasanya sangat mengesalkan malah dinikmati oleh semua anggota keluarga. Perjalanan yang lebih panjang menjadikan kita bisa lebih banyak mengobrol dan bercengkrama dengan pasangan dan anak-anak.
Selanjutnya saat merayakan Idulfitri, kita bersama pasangan dan anak-anak salat Id bersama. Ini momen untuk saling bersalaman dan bermaaf-maafan, lalu menyantap hidangan Lebaran yang sebelumnya dimasak bersama. Tidak lupa kita berkunjung dan bersilaturahmi ke sanak keluarga, juga berziarah ke makam keluarga. Sungguh momen kebersamaan luar biasa yang hanya bisa kita dapatkan saat Ramadan.
Makin Harmonis Saat Ramadan
Sangat nyata bahwa Ramadan menjadi momen yang sangat indah untuk meningkatkan keharmonisan dengan keluarga, terlebih dengan pasangan. Kuncinya adalah kebersamaan sesuai tuntunan Rasulullah saw. dengan melakukan berbagai aktivitas bersama pasangan. Lantas, aktivitas apa yang bisa kita lakukan bersama pasangan agar makin harmonis dan bahagia selama Ramadan dan tetap terjaga selepas Ramadan?
1. Membiasakan Salat Berjemaah dan Membaca Al-Qur‘an Bersama Pasangan.
Saat Ramadan, pasutri bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Pasutri bisa mengerjakan berbagai ibadah wajib dan sunah bersama. Mengintensifkan salat berjemaah, setidaknya salat Magrib, Isya, dan Subuh bersama, di masjid atau di rumah. Kita juga bisa memperbanyak amalan salat sunah bersama, teristimewa salat tarawih. Bisa ditambah salat Duha bersama sebelum berangkat beraktivitas ke sekolah atau ke tempat kerja, juga melaksanakan salat tahajud menjelang sahur. Semua ini akan makin menguatkan chemistry pasutri.
Selain di masjid, tadarus dan murojaah juga bisa kita lakukan di rumah bersama suami dan anak-anak. Pada kesempatan ini, anggota keluarga bisa saling belajar, me-refreshpengetahuan ilmu tajwid, memahami makharijul huruf, serta memperbanyak hafalan Al-Qur’an. Kita bisa saling mengoreksi bacaan Al-Qur’an anggota keluarga dengan suasana yang santai, tetapi serius. Kesempatan ini juga akan melatih anak-anak mandiri dan berani menyampaikan ilmu dan pemahamannya. Ini sangat baik untuk meningkatkan kepercayaan diri anak-anak dan membangun kebersamaan dalam keluarga. Dengan demikian, akan tumbuh sikap saling menyayangi dan menghormati yang lebih kuat di antara anggota keluarga kita.
Saat Ramadan, kita dan pasangan juga bisa berlomba mengkhatamkan Al-Qur’an dan saling memotivasi. Dengan ini semua, keharmonisan pasutri akan meningkat, komunikasi makin lancar, dan hubungan emosional makin dekat.
2. Bekerja Sama Mengurus Keluarga.
Sesungguhnya, berkhidmat dan saling membantu atau melayani sekecil apa pun adalah amal saleh, terlebih saat Ramadan. Sangat baik jika suami membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga agar istri terbantu dan lebih ringan menjalankan puasa. Misalnya, suami membangunkan anak-anak untuk sahur bersama atau membantu menyiapkan hidangan berbuka. Ini merupakan amal kebaikan. Banyak hadis yang menjelaskan hal ini, di antaranya dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kebaikan adalah sedekah. Di antara bentuk kebaikan adalah kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang menyenangkan dan kamu menuangkan air dari embermu ke dalam bejana milik saudaramu.” (HR At-Tirmidzi).
Menuangkan air ke bejana saudara kita termasuk berkhidmat(mengabdi atau melayani). Rasulullah saw. menyebutnya sebagai bentuk kemakrufan, termasuk berwajah ramah. Sesuatu yang makruf termasuk amal saleh sehingga bisa dikatakan khidmat adalah amal saleh. Lebih utama lagi jika yang dilayani adalah orang yang berpuasa. Melayani orang yang berpuasa dan meringankan pekerjaan atau kesusahan mereka bisa membuat yang melayani mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana orang yang berpuasa.
Memasak makanan untuk sahur dan berbuka bersama pasangan, selain meringankan tugas istri juga merupakan salah satu cara untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Tidak melulu istri yang harus memasak, sesekali suami juga bisa membantu istri memasak. Sembari memasak, pasutri bisa mengobrol hal-hal sederhana atau sesuatu yang ringan, tetapi bermakna. Bisa membicarakan kondisi anak-anak, rencana Idulfitri, liburan bersama, dan sebagainya. Tidak jarang dari percakapan spontan seperti ini, pasutri bisa saling mengenal dan makin memahami isi hati pasangannya.
3. Tetap Romantis Saat Ramadan Sesuai Batasan Syarak.
Pernikahan yang bahagia bukan sekadar tercukupinya kebutuhan fisik dan material, seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal. Perkara ini memang diperlukan, tetapi ada hal penting lainnya yang sering dilupakan pasutri, yaitu ketenteraman hati, kedekatan emosional, dan aspek ruhiyah (spiritual). Ini sejatinya menjadi nutrisi untuk hadirnya sebuah romantisme terindah yang dibutuhkan pasutri dalam menjaga keharmonisan rumah tangga .
Dalam koridor Islam, keindahan romantisme kehidupan pasutri tergambar nyata dalam kehidupan pernikahan Baginda Rasulullah saw. dalam sebuah hadis, “Kadang-kadang Rasulullah saw. mencium sebagian istri-istrinya, padahal beliau sedang berpuasa, kemudian Aisyah ra. tertawa.” (Hadis Shahih Bukhari).
Demikian pula melakukan hubungan intim, tidak dimungkiri merupakan salah satu cara menjaga keharmonisan rumah tangga. Saat Ramadan tidak berarti naluri biologis seseorang dilarang. Tetap diperbolehkan dan bernilai ibadah. Namun, tidak bisa dilakukan pada sembarang waktu saat Ramadan, hanya saat malam hingga menjelang subuh.
4. Mengobrol Bersama Pasangan Sebelum Tidur.
Komunikasi merupakan hal penting untuk menjaga keharmonisan pasutri. Berbincang dengan pasangan sebelum tidur merupakan hal yang dianjurkan. Masing-masing bisa mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama seharian penuh beraktivitas. Rasulullah saw. sendiri kerap melakukan hal ini kepada istrinya sebelum beranjak tidur. Saling memberi semangat dan perhatian, menjaga emosi, serta lebih sabar menghadapi pasangan saat Ramadan adalah salah satu upaya sederhana menjaga keharmonisan rumah tangga.
Rasulullah saw. bergaul dengan sangat baik kepada keluarganya, serta bersenda gurau dan lemah lembut terhadap mereka. Rasulullah seringkali bercakap-cakap sebentar dengan keluarganya selepas salat Isya dengan percakapan yang menyenangkan, sebelum beliau tidur.
5. Menghadiri Majelis Ilmu Bersama Pasangan dan Anak-anak.
Bukan hanya aktivitas ibadah mahdhah saja yang harus diperbanyak saat Ramadan, tetapi juga semua amal kebaikan. Seluruh anggota keluarga harus menuntut ilmu, memenuhi akad atau muamalah lainnya, menghiasi diri dengan akhlak terpuji, serta berdakwah menyeru diterapkannya syariat Islam dalam kehidupan.
Selama Ramadan, kita berkesempatan luas untuk menuntut ilmu. Bahkan, kita bisa mendatangi majelis ilmu bersama pasangan dan anak-anak. Sepulang kajian, kita bisa mendiskusikan hal yang telah dipelajari di majelis, lalu mendakwahkannya kepada orang-orang di sekitar kita. Terlebih saat Ramadan, kondisi ruhiyah setiap orang sedang baik sehingga siap menerima nasihat. Dengan demikian, jangan sia-siakan kesempatan baik ini.
Begitu banyak aktivitas kebaikan yang bisa dilakukan pasutri saat Ramadan. Tidak hanya aktivitas yang berat atau rumit, tetapi juga aktivitas yang sangat sederhana. Semua aktivitas ini dengan izin Allah akan bisa menjaga dan meningkatkan keharmonisan pasutri, baik saat Ramadan maupun selepas Ramadan nanti. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”
Baca selengkapnya di Muslimahnews.net