Maslahat.id- Ramadan adalah bulan paling mulia dalam Islam. Di dalamnya terhampar rahmat, ampunan, dan jaminan pembebasan dari api neraka bagi yang bersungguh-sungguh mengisi bulan ini dengan ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Keistimewaan Ramadan sangatlah banyak. Pada bulan ini, Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Allah pun memberikan Lailatul Qadar dan pahala yang sangat banyak pada bulan ini. Sudah seharusnya setiap muslim bahagia bisa bertemu kembali dengan Ramadan.
Namun sangat disayangkan, masih ada di antara keluarga muslim yang merasa biasa-biasa saja menyambut Ramadan. Tidak tampak ada kebahagiaan, kecuali hanya membayangkan nanti punya baju baru saat Lebaran, bisa pulang kampung bertemu keluarga, dsb. Mereka belum merasakan kenikmatan menjalani Ramadan. Merasa berat bangun sebelum subuh untuk sahur. Merasa menderita menahan lapar dan haus. Belum mampu merasakan nikmatnya salat tarawih dan qiyamulail pada sepertiga malam terakhir. Semua dijalani dengan terpaksa dan bermalas-malasan.
Nah, Ayah-Bunda, bagaimana agar bisa berbahagia bersama keluarga saat Ramadan? Ada beberapa tip yang bisa kita lakukan.
1. Menanamkan Kebahagiaan Menyambut Ramadan.
Sangat penting menanamkan makna kebahagiaan yang benar kepada seluruh anggota keluarga. Makna kebahagiaan sangat ditentukan oleh sudut pandang tentang kehidupan. Kebahagiaan ala sekularisme-kapitalisme adalah meraih kepuasan jasmani. Oleh karena itu, puasa tidak memberikan rasa bahagia. Menahan lapar dan haus adalah sesuatu yang dinilai membuat penderitaan. Akhirnya, memandang Ramadan bukan untuk ibadah demi meraih keutamaan Ramadan dan rida Allah, melainkan untuk mencari keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Jadi wajar banyak orang yang sangat bersemangat meningkatkan omzet penjualan makanan, minuman, pakaian untuk Lebaran, dan kebutuhan lainnya, sementara ibadahnya hanya pas-pasan.
Sebaliknya menurut Islam, kebahagiaan hakiki adalah meraih rida Allah dengan menjadi hamba-Nya yang taat pada semua perintah dan larangan-Nya. Oleh karena itu, bahagia saat Ramadan adalah ketika benar-benar menjadikan bulan suci ini sebagai bulan untuk beribadah dan mencari rida-Nya (Lihat QS Adz-Dzariyat: 56). Pasca-Ramadan pun, kita akan terus berusaha taat kepada seluruh syariat-Nya, karena itulah yang akan membuat bahagia.
Dengan demikian, Ayah-Bunda wajib memahamkan makna kebahagiaan hakiki tersebut kepada anak-anak. Kita harus membangun keimanan yang kuat pada diri anak-anak sehingga mereka mau menjadikan Islam sebagai landasan berpikir dan berbuat. Ketaatan kepada Allah menjadi dorongan utama. Dengan demikian, seberat apa pun amal yang harus dilakukan akan terasa lebih ringan karena dilakukan dengan bahagia.
2. Memahamkan Keutamaan Ramadan.
Memahamkan keutamaan Ramadan akan mendorong seluruh anggota keluarga agar berusaha meraihnya dan bergembira menjalaninya. Di antara keutamaan Ramadan adalah janji Allah Swt., yakni mengampuni semua dosa ketika kita berpuasa Ramadan dengan ikhlas dan berharap rahmat-Nya. Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَه مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa saja yang berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala-Nya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Puasa Ramadan akan mengantarkan kita ke surga. Abu Abdillah Jarir al-Anshari ra. menerangkan, ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah saw., ‘’Bagaimana pendapatmu jika aku telah mengerjakan salat maktuubah (salat fardu lima waktu), berpuasa Ramadan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, serta aku tidak menambahnya dengan suatu apa pun? Apakah aku bisa masuk surga?’’ Rasul saw. menjawab, ‘’Ya.’’ (HR Muslim).
Termasuk keutamaan Ramadan adalah di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Rasulullah saw. bersabda, “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, sungguh ia terhalangi.” (HR Ahmad).
Masyaallah. Begitu banyak keutamaan Ramadan. Oleh karena itu, kita harus menanamkan pemahaman ini kepada anak-anak kita, juga anggota keluarga lainnya. Untuk anak-anak yang masih kecil, bisa dilakukan dengan membacakan buku-buku cerita tentang Ramadan. Bisa juga melalui video atau tayangan yang bisa kita dapatkan dengan mudah di berbagai media sosial. Bisa juga dengan cara-cara lainnya. Untuk anak-anak yang sudah besar, perlu banyak diskusi, sharing, mengajak mereka ke kajian-kajian keislaman, atau bisa juga dengan mengikuti kajian-kajian milenial secara online. Inilah yang akan membuat mereka berbahagia menjalani Ramadan dan berusaha meraih semua keutamaannya.
3. Melakukan Amal Saleh Bersama-sama.
Melakukan amal saleh bersama keluarga tentu akan berbeda dengan melakukannya sendiri-sendiri. Apalagi anak-anak, pasti akan merasa sangat berbahagia menjalani puasa dan ibadah Ramadan lainnya bersama Ayah-Bunda. Kita dapat menyiapkan sahur bersama, menyiapkan makanan berbuka, lalu berbuka bersama. Kita juga dapat memberi makan orang yang berbuka puasa, lalu salat tarawih bersama. Semuanya adalah momen kebersamaan yang sangat indah.
Amal saleh selama Ramadan tentu bukan hanya puasa, salat tarawih, atau membaca Al-Qur’an saja. Semua aktivitas ketaatan yang kita lakukan saat Ramadan akan menjadi amal saleh yang bernilai ibadah dan berlipat-lipat pahalanya. Tentu saja jika itu disertai niat ikhlas dan cara yang benar sesuai syariat Islam. Oleh karena itu, jangan hanya mengajak anak-anak puasa, salat tarawih, dan tadarus bersama. Namun, ajak juga mereka melakukan berbagai amal saleh lainnya bersama-sama. Misalnya, dakwah dan belajar Islam bersama. Kita bisa mengajak anak-anak membaca sirah Nabi saw., atau melihat video cara Rasulullah saw. menjalani hari-harinya selama Ramadan. Beliau tidak hanya puasa dan salat malam, tetapi juga berperang melawan kaum kafir pada bulan suci Ramadan. Rasulullah saw. tidak pernah bermalas-malasan. Bahkan beliau makin giat beribadah, serta melakukan berbagai aktivitas kebaikan dan perjuangan selama Ramadan. Dengan demikian, Ramadan bisa menjadi momen menanamkan pentingnya berjuang membela agama Allah.
4. Gerakan Refleksi Diri Bersama.
Ramadan adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi dan perbaikan diri. Berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan amarah, hawa nafsu, dan segala keinginan duniawi. Hal ini akan melatih diri agar senantiasa berefleksi atas segala kekurangan yang ada dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Momen ini akan sangat baik jika diaplikasikan dalam keluarga. Setiap orang bisa kembali mendekatkan diri pada keluarga dan saling memaafkan antar-anggota keluarga.
Ramadan juga menjadi momen berlatih bagi orang tua maupun anak-anak untuk senantiasa jujur, berani bicara mengakui kesalahan, dan meminta maaf. Semoga hal ini akan makin memperkuat keharmonisan dalam keluarga. (Lihat QS Al-Hasyr [59]: 18–19).
Demikianlah, Ramadan adalah bulan yang sangat istimewa. Sudah selayaknya seluruh keluarga muslim menyambut bulan suci ini dengan gembira dan bahagia. Menyiapkan amal terbaik selagi masih bisa menjumpai bulan nan mulia ini. Semoga Allah menerima semua amal ibadah Ramadan kita dan memasukkan kita dan keluarga ke surga-Nya. AlLahumma, amin.
Baca selengkapnya di Muslimahnews.net