Bagikan

“Ibu dulu ngegedein kamu, ngga pake parenting-parentingan! Lulus kuliah juga kan kamu, dapat kerja juga kan akhirnya. Makanya, meskipun pakai ibu bentak-bentak, ibu cubit-cubit kamu waktu kecil tapi itu yang bikin kamu pintar. Itu yang bikin kamu tegar, ngga manja. Buktinya kamu suskeskan sekarang, iya kan! Makanya apa itu parenting-parenting, apa itu trauma-trauma…,”

Maslahat.id- Ungkapan di atas adalah ungkapan seorang ibu kepada anaknya yang divisualisasikan melalui reka ulang adegan salah satu influencer TikTok. Memang pada masa lampau, kata “parenting” tidak familiar, tetapi lebih dikenal dengan kata “mendidik” ataupun “mengasuh”. Konsep parenting (atau dikenal pula dengan pola asuh) yang diterapkan pada masa lampau dan sekarang tentu akan berbeda dan mengalami perubahan. Hal tersebut terjadi karena adanya berbagai faktor, seperti perubahan teknologi, stereotipe, dan mitos yang beredar di kalangan masyarakat. Sehingga, kadang membuat bingung para orang tua dalam konsep parenting yang diterapkan kepada sang anak, khususnya bagi orang tua zaman sekarang.

Meskipun demikian, perlu diingat konsep parenting yang diterapkan oleh orang dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam tindakan, adaptasi, serta proses sosialisasi anak di luar lingkungan keluarga inti, yaitu sekolah, masyarakat dan juga dapat menentukan pertumbuhan pendidikan, serta masa depan sang anak. Konsep parenting yang diterapkan kepada sang anak, tidak terlepas dari peranan penting kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu. Dalam proses parenting, orang tua saling bekerja sama, dan tidak dibebankan kepada satu pihak saja, ayah atau ibu. Setiap orang tua memiliki konsep parentingnya sendiri dalam mendidik, mengasuh anak-anaknya, dan salah satu langkahnya adalah dengan menerapkan parenting secara Islami dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini.

Dalam Islam, parenting adalah cara mengatur pola pengasuhan kepada anak dalam proses tumbuh kembangnya yang tidak luput dari ajaran islam, yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW. Dan bertujuan untuk menjadikan anak memiliki tonggak pendidikan, guna menjadi manusia yang mempunyai akhlak yang sesuai dengan anjuran agama Islam, karakter mulia dan menjadi generasi yang pantang menyerah serta memupuk diri kebaikan sejak dini. Dalam hal ini, tugas orang tua adalah menyeimbangkan pola tersebut dengan anak, agar anak mampu memahami apa yang ia pelajari ke depannya, melalui konsep parenting yang diterapkan kepada sang anak. Orang tua menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya, melalui nasehat maupun tindakan nyata yang positif dan sesuai dengan ajaran Islam.

Selain itu, parenting atau pola asuh dengan konsep kesetaraan gender perlu diterapkan pula kepada anak, karena pola asuh ini secara tidak langsung dapat membentuk anak menjadi pribadi yang menghargai dan memperlakukan semua orang dengan adil dan sama, tanpa memandang jenis kelamin maupun gender. Dalam tulisan ini, kata kesetaraan gender diganti dengan kata adil gender. Orang tua memiliki peran penting untuk mengajarkan anak tentang adil gender sejak usia dini. Dalam konsep parenting yang diterapkan kepada anak, orang tua sebaiknya berusaha untuk tidak mengajarkan kepada anak, bahwa pekerjaan tertentu hanya cocok untuk anak laki-laki atau anak perempuan, seperti pembagian tanggung jawab terhadap pekerjaan domestik.

Pembagian tanggung jawab terhadap pekerjaan domestik juga perlu diterapkan di dalam keluarga. Hal ini bertujuan agar semua anggota keluarga, salah satunya anak laki-laki maupun anak perempuan, dapat belajar tanggung jawab terhadap apa yang diberikan kepada mereka dan tidak membebankannya kepada satu anggota keluarga saja, tidak membedakan jenis kelamin atau gender. Setiap orang tua memiliki konsep parentingnya masing-masing.

Tidak menutup kemungkinan, sebagian dari orang tua masih menerapkan konsep parenting yang dikonstruksi oleh budaya patriarki, seperti pekerjaan domestik rumah tangga, yang realitanya hanya diperuntukan dan dibebankan kepada anggota keluarga perempuan, yaitu ibu dan anak perempuan. Namun seiring berjalannya waktu, konsep parenting mengalami perubahan, seperti mulai sadarnya perlunya parenting tentang keseteraan gender dalam proses pola asuh anak dalam keluarga.

Konsep parenting demokratis juga perlu diterapkan kepada anak-anak sehingga mereka mampu mengenali baik dan buruk dari apa yang mereka lakukan, tanpa adanya pemaksaan dan pelarangan yang terlalu berlebihan. Konsep parenting yang demokratis dan masih sesuai dengan Islam, namun di dalamnya juga menerapkan adil gender kepada anak laki-laki dan perempuan, cukup berpengaruh terhadap hubungan anak dengan orang tua maupun ke lingkungan luar rumah, yaitu masyarakat maupun sekolah. Meskipun dalam realitanya konsep parenting yang diterapkan dalam suatu keluarga penuh dengan lika liku, akan tetapi adanya kerja sama yang baik antara ibu dan ayah terkait penerapan konsep parenting yang disepakati dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap hubungan anggota keluarganya, yaitu Ayah, Ibu, dan Anak, serta kepada lingkungan di luar keluarga inti. (IM)

Bagikan