Bagikan

Dari Pilar Keluarga Menuju Pilar Bangsa: Meneguhkan Perempuan Sebagai Kunci Peradaban

Maslahat.id- Dikisahkan seorang pemuda yang baru saja resmi menyandang status sebagai seorang ayah setelah istrinya baru saja melahirkan menemui salah seorang ulama terkemuka. Dengan penuh semangat ia bermaksud menimba ilmu parenting kepada sang ulama tersebut. “Wahai Syekh, sebagai seorang alim dan telah berpengalaman dalam hal membina rumah tangga tentunya engkau sangat memahami tentang pola asuh dan mendidik anak, maka berikanlah aku nasihat tentang hal itu,” ucap sang pemuda. Alih-alih menjawab permintaan si pemuda, ulama tersebut justru menimpalinya dengan sebuah pertanyaan “Sudah berapa tahun umur anakmu?,” dengan segera pemuda tersebut menjawab “Baru beberapa bulan saja, Syekh.” Tanpa basa-basi sang ulama tersebut langsung menimpali jawaban pemuda tersebut dengan pernyataan yang cukup menohok, “Engkau sudah terlambat, karena sesungguhnya mendidik anak itu sudah dimulai semenjak mencari calon ibunya.”

Secara eksplisit mungkin kita akan mendapati pesan dari kisah di atas berupa pentingnya seorang laki-laki dalam memilih calon istri guna menyiapkan seorang “pendidik” bagi anaknya kelak. Namun, penulis menganggap argumen tersebut akan memunculkan sentimen negatif terhadap perempuan berupa  anggapan bahwa tidak semua perempuan layak menjadi seorang ibu. Padahal ada pesan yang menurut penulis lebih esensial, yaitu peneguhan terhadap perempuan sebagai sosok kunci kesuksesan dalam mendidik anak. Pada gilirannya, pesan tersebut juga memberikan konsekuensi berupa “pengakuan secara mutlak” terhadap posisi perempuan baik dalam ranah rumah tangga maupun sosial masyarakat.

Berkaitan dengan peneguhan posisi perempuan sebagai kunci kesuksesan dalam mendidik anak, maka perlu kiranya kita melihat bagaimana Islam selama ini memandang kaum perempuan. Terdapat ungkapan masyhur dalam dunia parenting Islam yaitu al-Umm Madrasatul Ula (“Ibu adalah madrasah pertama”). Ungkapan tersebut tentunya dimaksudkan bahwa seorang ibu adalah “sekolah pertama” bagi anak-anaknya. Jika melihat bagaimana selama ini peran ibu dalam rumah tangga tentunya ungkapan tersebut tidaklah berlebihan. Sebab, nyatanya sosok ibu merupakan kunci dari pembentukan karakter dan watak seorang anak.

Ungkapan di atas juga perlu dimaknai dengan kesadaran bahwa menciptakan generasi yang unggul dan berkarakter harus di awali dari menciptakan ibu yang cerdas dan berkarakter. Dalam sebuah riwayat hadis yang cukup masyhur disebutkan al-mar’atu ‘imadul bilad, idza shaluhat shaluhat al-bilad, wa idza fasadat fasadat al-bilad, “Perempuan adalah tiang negara, apabila baik (perempuannya) maka akan baiklah negara, dan apabila rusak (perempuannya) maka rusaklah negara.

Kedua dalil di atas—terlepas dari shahih tidaknya— juga mengisyaratkan bahwa upaya peneguhan perempuan sebagai sosok kunci pembentuk generasi yang unggul juga perlu ditunjang dengan usaha mewujudkan SDM perempuan yang unggul. Dalam hal ini, hal yang ditekankan adalah pemberian porsi yang setara bagi kaum perempuan untuk mengakses pendidikan serta ruang gerak yang sama dalam berekspresi di ranah publik.

Sebagai contoh kecilnya adalah semangat penghapusan stereotip yang mengatakan bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya hanya akan berkarir dalam ranah rumah tangga. Justru kenyataan bahwa sosok yang akan sangat dekat dan vital dalam menahkodai urusan anak dan rumah tangga adalah perempuan, maka ia perlu dibekali dengan pengetahuan yang mumpuni. Pada konteks ini penulis sangat setuju dengan tagline yang cukup viral di media sosial berkaitan dengan isu kesetaraan gender yaitu “Wanita berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki, tapi untuk membangun generasi.”

Pada akhirnya, penulis mencoba untuk menarik kesimpulan penting dari tulisan ini. Penulis berargumen bahwa peran perempuan bergerak secara satu kesatuan dari sebagai pilar keluarga menuju pilar bangsa. Jika perempuan dalam skala kecil (keluarga) mempunyai peranan penting dalam mendidik anak, maka pada skala yang lebih luas (masyarakat) perempuan berperan penting dalam melahirkan generasi bangsa yang unggul dan berkarakter. Oleh karenanya, tidak berlebihan kirannya apabila penulis menyebut bahwa perempuan adalah kunci terbentuknya suatu peradaban. Wallahu A’lam. (IM)

Bagikan